Saturday, March 3, 2007

Waspada memakai botol plastik


Kita sering kali merasa sayang membuang botol plastik kemasan air mineral. Bahkan mungkin kita sering menggunakannya berulang-ulang sebagai botol minum. Padahal botol-botol kemasan tersebut tidak ditujukan untuk pemakaian berulang. Bahan utama plastik tersebut adalah suatu rantai polimer, di mana sebagai polimer tidak membahayakan tetapi apabila polimer tersebut melepaskan anak rantai monomer-monomernya, misalnya karena terkena panas atau karena goresan pada saat pencucian, dapat menjadi sangat berbahaya karena monomer-monomer tersebut bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Hal ini berlaku pula untuk wadah makanan atau minuman yang terbuat dari sterofoam. Karena itu, sangat tidak disarankan untuk menggunakan botol kemasan tersebut lebih dari dua kali, dan sebaiknya tidak diisi dengan air panas atau ditaruh di tempat yang panas. Apabila memang membutuhkan tempat minum, lebih baik kita memilih botol yang memang ditujukan untuk pemakaian berulang.

Mediasehat.com

Thursday, March 1, 2007

Berbagai Cerita Menarik di Balik Proklamasi


Sejarah bisa diceritakan dalam berbagai versi dan gaya. Kali ini, seorang pemerhati sejarah di Jakarta, Iwan Satyanegara, menyajikan “Lintasan Sejarah” dari sisi dan style lain. Selain bisa menambah wawasan, tulisan yang diramu dari berbagai sumber dan hasil renungan penulisnya itu diharapkan juga mampu memberikan hiburan segar dalam rangka nuansa Indonesia Emas.
  • Mungkinkah Revolusi Kemerdekaan Indonesia disebut sebagai revolusi dari kamar tidur? Coba simak ceritanya. Pada 17 Agustus 1945 pukul 08.00, ternyata Bung Karno masih tidur nyenyak di kamarnya, di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini. Dia terkena gejala malaria tertiana. Suhu badannya tinggi dan sangat lelah setelah begadang bersama para sahabatnya menyusun konsep naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda.
    “Pating greges”, keluh Bung Karno setelah dibangunkan dr Soeharto, dokter kesayangannya. Kemudian darahnya dialiri chinineurethan intramusculair dan menenggak pil brom chinine. Lalu ia tidur lagi.
    Pukul 09.00, Bung Karno terbangun. Berpakaian rapi putih-putih dan menemui sahabatnya, Bung Hatta.
    Tepat pukul 10.00, keduanya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari serambi rumah.
    “Demikianlah Saudara-saudara! Kita sekalian telah merdeka!”, ujar Bung Karno di hadapan segelintir patriot-patriot sejati. Mereka lalu menyanyikan lagu kebangsaan sambil mengibarkan bendera pusaka Merah Putih. Setelah upacara yang singkat itu, Bung Karno kembali ke kamar tidurnya. masih meriang. Tapi sebuah revolusi telah dimulai…
  • Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ternyata berlangsung tanpa protokol, tak ada korps musik, tak ada konduktor dan tak ada pancaragam. Tiang bendera pun dibuat dari batang bambu secara kasar, serta ditanam hanya beberapa menit menjelang upacara. Tetapi itulah, kenyataan yang yang terjadi pada sebuah upacara sakral yang dinanti-nanti selama lebih dari tiga ratus tahun!
  • Bendera Pusaka Sang Merah Putih adalah bendera resmi pertama bagi RI. Tetapi dari apakah bendera sakral itu dibuat? Warna putihnya dari kain sprei tempat tidur dan warna merahnya dari kain tukang soto!
  • Setelah merdeka 43 tahun, Indonesia baru memiliki seorang menteri pertama yang benar-benar “orang Indonesia asli”. Karena semua menteri sebelumnya lahir sebelum 17 Agustus 1945. Itu berarti, mereka pernah menjadi warga Hindia Belanda dan atau pendudukan Jepang, sebab negara hukum Republik Indonesia memang belum ada saat itu. “Orang Indonesia asli” pertama yang menjadi menteri adalah Ir Akbar Tanjung (lahir di Sibolga, Sumatera Utara, 30 Agustus 1945), sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga pada Kabinet Pembangunan V (1988-1993).
  • Menurut Proklamasi 17 Agustus 1945, Kalimantan adalah bagian integral wilayah hukum Indonesia. Kenyataannya, pulau tersebut paling unik di dunia. Di pulau tersebut, ada 3 kepala negara yang memerintah! Presiden Soeharto (memerintah 4 wilayah provinsi), PM Mahathir Mohamad (Sabah dan Serawak) serta Sultan Hassanal Bolkiah (Brunei).
  • Hubungan antara revolusi Indonesia dan Hollywood, memang dekat. Setiap 1 Juni, selalu diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila semasa Presiden Soekarno. Pada 1956, peristiwa tersebut “hampir secara kebetulan” dirayakan di sebuah hotel Hollywood.
    Bung Karno saat itu mengundang aktris legendaris, Marylin Monroe, untuk sebuah makan malam di Hotel Beverly Hills, Hollywood. Hadir di antaranya Gregory Peck, George Murphy dan Ronald Reagan (25 tahun kemudian menjadi Presiden AS). Yang unik dari pesta menjelang Hari Lahir Pancasila itu, adalah kebodohan Marilyn dalam hal protokol. Pada pesta itu, Maryln menyapa Bung Karno bukan dengan “Mr President” atau “Your Excellency”, tetapi dengan “Prince Soekarno!”
  • Ada lagi hubungan erat antara 17 Agustus dan Hollywood. Judul pidato 17 Agustus 1964, “Tahun Vivere Perilocoso” (Tahun yang Penuh Bahaya), telah dijadikan judul sebuah film The Year of Living Dangerously. Film tersebut menceritakan pegalaman seorang wartawan asing di Indonesia pada 1960-an. Pada 1984, film yang dibintangi Mel Gibson itu mendapat Oscar untuk kategori film asing!
  • Naskah asli teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang ditulis tangan oleh Bung Karno dan didikte oleh Bung Hatta, ternyata tidak pernah dimiliki dan disimpan oleh Pemerintah! Anehnya, naskah historis tersebut justru disimpan dengan baik oleh wartawan BM Diah. Diah menemukan draft proklamasi itu di keranjang sampah di rumah Laksamana Maeda, 17 Agustus 1945 dini hari, setelah disalin dan diketik oleh Sajuti Melik.
    Pada 29 Mei 1992, Diah menyerahkan draft tersebut kepada Presiden Soeharto, setelah menyimpannya selama 46 tahun 9 bulan 19 hari.
  • Ketika tiba di Pelabuhan Sunda Kelapa 9 Juli 1942 siang bolong, Bung Karno mengeluarkan komentar pertama yang janggal didengar. Setelah menjalani pengasingan dan pembuangan oleh Belanda di luar Jawa, Bung Karno justru tidak membicarakan strategis perjuangan menentang penjajahan. Masalah yang dibicarakannya, hanya tentang sepotong jas!
    “Potongan jasmu bagus sekali!” komentar Bung Karno pertama kali tentang jas double breast yang dipakai oleh bekas iparnya, Anwar Tjokoroaminoto, yang menjemputnya bersama Bung Hatta dan segelintir tokoh nasionalis.
      • Rasa-rasanya di dunia ini, hanya the founding fathers Indonesia yang pernah mandi air seni. Saat pulang dari Dalat (Cipanasnya Saigon), Vietnam,13 Agustus 1945, Soekarno bersama Bung Hatta, dr Radjiman Wedyodiningrat dan dr Soeharto (dokter pribadi Bung Karno) menumpang pesawat fighter bomber bermotor ganda. Dalam perjalanan, Soekarno ingin sekali buang air kecil, tetapi tak ada tempat.
        Setelah dipikir, dicari jalan keluarnya untuk hasrat yang tak tertahan itu. Melihat lubang-lubang kecil di dinding pesawat, di situlah Bung Karno melepaskan hajat kecilnya. Karena angin begitu kencang sekali, bersemburlah air seni itu dan membasahi semua penumpang. Byuuur…

      • Berkat kebohongan, peristiwa sakral Proklamasi 17 Agustus 1945 dapat didokumentasikan dan disaksikan oleh kita hingga kini.
        Saat tentara Jepang ingin merampas negatif foto yang mengabadikan peristiwa penting tersebut, Frans Mendoer, fotografer yang merekam detik-detik proklamasi, berbohong kepada mereka. Dia bilang tak punya negatif itu dan sudah diserahkan kepada Barisan Pelopor, sebuah gerakan perjuangan. Mendengar jawaban itu, Jepang pun marah besar.
        Padahal negatif film itu ditanam di bawah sebuah pohon di halaman Kantor harian Asia Raja. Setelah Jepang pergi, negatif itu diafdruk dan dipublikasi secara luas hingga bisa dinikmati sampai sekarang. Bagaimanakalau Mendoer bersikap jujur pada Jepang?

      • Kali ini, Bung Hatta yang berbohong demi proklamasi. Waktu masa revolusi, Bung Karno memerintahkan Bung Hatta untuk meminta bantuan senjata kepada Jawaharlal Nehru. Cara untuk pergi ke India pun dilakukan secara rahasia. Bung Hatta memakai paspor dengan nama “Abdullah, co-pilot”.
        Lalu beliau berangkat dengan pesawat yang dikemudikan Biju Patnaik, seorang industrialis yang kemudian menjadi menteri pada kabinet PM Morarji Desai. Bung Hatta diperlakukan sangat hormat oleh Nehru dan diajak bertemu Mahatma Gandhi. Nehru adalah kawan lama Hatta sejak 1920-an dan Dandhi mengetahui perjuangan Hatta.
        Setelah pertemuan, Gandhi diberi tahu oleh Nehru bahwa “Abdullah” itu adalah Mohammad hatta. Apa reaksi Gandhi? Dia marah besar kepada Nehru, karena tidak diberi tahu yang sebenarnya. “You are a liar !” ujar tokoh kharismatik itu kepada Nehru

      • Bila 17 Agustus menjadi tanggal kelahiran Indonesia, justru tanggal tersebut menjadi tanggal kematian bagi pencetus pilar Indonesia. Pada tanggal itu, pencipta lagu kebangsaan “Indonesia Raya”, WR Soepratman (wafat 1937) dan pencetus ilmu bahasa Indonesia, Herman Neubronner van der Tuuk (wafat 1894) meninggal dunia.

      • Bendera Merah Putih dan perayaan tujuh belasan bukanlah monopoli Indonesia. Corak benderanya sama dengan corak bendera Kerajaan Monaco dan hari kemerdekaannya sama dengan hari proklamasi Republik Gabon (sebuah negara di Afrika Barat) yang merdeka 17 Agustus 1960.

      • Jakarta, tempat diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia dan kota tempat Bung Karno dan Bung Hatta berjuang, tidak memberi imbalan yang cukup untuk mengenang co-proklamator Indonesia. Sampai detik ini, tidak ada “Jalan Soekarno-Hatta” di ibu kota Jakarta.
        Bahkan, nama mereka tidak pernah diabadikan untuk sebuah objek bangunan fasilitas umum apa pun sampai 1985, ketika sebuah bandara diresmikan dengan memakai nama mereka.

      • Gelar Proklamator untuk Bung Karno dan Bung Hatta, hanyalah gelar lisan yang diberikan rakyat Indonesia kepadanya selama 41 tahun! Sebab, baru 1986 Permerintah memberikan gelar proklamator secara resmi kepada mereka.

      • Kalau saja usul Bung Hatta diterima, tentu Indonesia punya “lebih dari dua” proklamator. Saat setelah konsep naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia rampung disusun di rumah Laksamana Maeda, Jl Imam Bonjol no 1, Jakarta, Bung Hatta mengusulkan semua yang hadir saat rapat dini hari itu ikut menandatangani teks proklamasi yang akan dibacakan pagi harinya. Tetapi usul ditolak oleh Soekarni, seorang pemuda yang hadir. Rapat itu dihadiri Soekarno, Hatta dan calon proklamator yang gagal : Achmad Soebardjo, Soekarni dan Sajuti Melik.
        “Huh, diberi kesempatan membuat sejarah tidak mau”, gerutu Bung Hatta karena usulnya ditolak.

      • Perjuangan frontal melawan Belanda, ternyata tidak hanya menelan korban rakyat biasa, tetapi juga seorang menteri kabinet RI. Soepeno, Menteri Pembangunan dan Pemuda dalam Kabinet Hatta, merupakan satu-satunya menteri yang tewas ditembak Belanda.
        Sebuah ujung revolver, dimasukkan ke dalam mulutnya dan diledakkan secara keji oleh seorang tentara Belanda. Pelipis kirinya tembus kena peluru. Kejadian tersebut terjadi pada 24 Februari 1949 pagi di sebuah tempat di Kabupaten Nganjuk , Jawa Timur. Saat itu, Soepeno dan ajudannya sedang mandi sebuah pancuran air terjun.

      • Belum ada negara di dunia yang memiliki ibu kota sampai tiga dalam kurun waktu relatif singkat. Antara 1945 dan 1948, Indonesia mempunyai 3 ibu kota, yakni Jakarta (1945-1946), Yogyakarta (1946-1948) dan Bukittinggi (1948-1949).

      • Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia Jenderal Soedirman, pada kenyatannya tidak pernah menduduki jabatan resmi di kabinet RI. Beliau tidak pernah menjadi KSAD, Pangab, bahkan menteri pertahanan sekalipun!

      • Wayang ternyata memiliki simbol pembawa sial bagi rezim yang memerintah Indonesia. Betapa tidak, pada 1938-1939, Pemerintah Hindia Belanda melalui De Javasche Bank menerbitkan uang kertas seri wayang orang dan pada 1942, Hindia Belanda runtuh dikalahkan Jepang.
        Pada 1943, Pemerintah Pendudukan Jepang menerbitkan uang kertas seri wayang Arjuna dan Gatotkoco dan 1945, Jepang terusir dari Indonesia oleh pihak Sekutu.
        Pada 1964, Presiden Soekarno mengeluarkan uang kertas baru seri wayang dengan pecahan Rp 1 dan Rp 2,5 dan 1965 menjadi awal keruntuhan pemerintahannya menyusul peristiwa G30S/PKI.

      • Perintah pertama Presiden Soekarno saat dipilih sebagai presiden pertama RI, bukanlah membentuk sebuah kabinet atau menandatangani sebuah dekret, melainkan memanggil tukang sate !!!
        Itu dilakukannya dalam perjalanan pulang, setelah terpilih secara aklamasi sebagai presiden. Kebetulan di jalan bertemu seorang tukang sate bertelanjang dada dan nyeker (tidak memakai alas kaki).
        “Sate ayam lima puluh tusuk!”, perintah Presiden Soekarno. Disantapnya sate dengan lahap dekat sebuah selokan yang kotor. Dan itulah, perintah pertama pada rakyatnya sekaligus pesta pertama atas pengangkatannya sebagai pemimpin dari 70 juta jiwa lebih rakyat dari sebuah negara besar yang baru berusia satu hari.

      • Kita sudah mengetahui, hubungan antara Bung Karno dan Belanda tidaklah mesra. Tetapi Belanda pernah memberikan kenangan yang tak akan pernah dilupakan oleh Bung Karno.
        Enam hari menjelang Natal 1948, Belanda memberikan hadiah Natal di Minggu pagi, saat orang ingin pergi ke gereja, berupa bom yang menghancurkan atap dapurnya. Hari itu, 19 Desember 1948, ibu kota Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda.

      • Sutan Sjahrir, mantan Perdana Menteri RI pertama, menjadi orang Indonesia yang memiliki prestasi “luar biasa” dan tidak akan pernah ada yang menandinginya. Waktu beliau wafat 1966 di Zurich, Swiss, statusnya sebagai tahanan politik. Tetapi waktu dimakamkan di Jakarta beberapa hari kemudian, statusnya berubah sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.

Saturday, February 24, 2007

Cheng Ho : Laksamana agung dari China


Adalah Kaisar Chu Ti dari Dinasti Ming yang memerintahkan Laksamana Cheng Ho berekspedisi ke berbagai belahan dunia. Selama 1905-1933, Laksamana Cheng Ho berhasil mendatangi 30 negara, termasuk sejumlah kota di Nusantara.

Pena sejarah mencatat perjalanan panjang itu tidak hanya mengembangkan misi perdagangan dan diplomasi politik. Tapi, juga menyiarkan ajaran Islam. Laksamana Cheng Ho adalah muslim asal Provinsi Yunan, Mongol.

Pertengahan Juli 1405. Armada kolosal Laksamana Cheng Ho meninggalkan Pelabuhan Nanjing, Cina, dengan kapal harta seluas 6.300 meter persegi bersama puluhan kapal pendukung. Armada dengan sekitar 30 ribu awak bertolak ke arah selatan menuju Samudra Pasifik hingga tiba di perairan Nusantara. Tepatnya di pelabuhan Kota Semarang, Jawa Tengah.

Cheng Ho memang muslim yang taat. Ia berasal dari suku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip suku Han, namun beragama Islam. Ayahnya, Ma Ha Zhi, menamai dia Ma He yang berarti Muhammad.

Ketika pasukan Cina menyerang Mongol, Cheng Ho dan keluarga menjadi korban. Dia dikebiri dan keluarganya dibantai. Takdir menyeret Cheng Ho ke istana Dinasti Ming. Ia menjadi kasim Pangeran Chu Ti dan turut berjuang membela pangeran merebut takhta.

Saat Chu Ti menjadi kaisar, Cheng Ho mendapat kepercayaan memimpin armada laut yang bertujuan mempropagandakan kebesaran Dinasti Ming di bawah panji-panji Yong Le atau Kebahagiaan Abadi. Sejarah mencatat dalam pelayaran selama 28 tahun, armada Laksama Cheng Ho bersandar di pelabuhan Champa (Kamboja), Palembang (Sumatra Selatan, Indonesia), Malaka (Malaysia), Samudra Pasai hingga melintasi Samudra Hindia untuk mencapai Sri Lanka dan pelabuhan-pelabuhan lain di Afrika.

Dalam perjalanan melintasi Laut Jawa, Cheng Ho sempat singgah di Semarang, Jawa Tengah. Ong King Hong atau Wang Jing Hong (orang kedua dalam armada Cheng Ho) sakit keras. Laksamana Cheng Ho memutuskan untuk merapat di Pantai Simangon dan membawa nakhodanya ke darat.

Saat itu, seperti halnya kota-kota lain di Jawa, Semarang berada di bawah kekuasaan adipati dari Kerajaan Majapahit. Karena itu Cheng Ho memilih Gowa, Sulawesi Selatan, sebagai tempat persinggahannya untuk menghindari bentrokan dengan penguasa di masa itu.

Tidak ada catatan akurat soal waktu kehadiran Cheng Ho di Semarang. Namun, para ahli sejarah meyakini Gua Simongan adalah saksi kehadiran Cheng Ho dan awaknya.

Laksamana Cheng Ho merawat sendiri nakhodanya. Dia juga menyempatkan diri untuk menyaksikan kehidupan warga di Tanah Jawa. Tujuannya tidak semata demi bisnis dan diplomasi politik tapi juga menyebarkan agama Islam.

Sejumlah sejarawan mencatat, Cheng Ho memberi pengaruh pada kesultanan Islam pertama di Jawa yang berpusat di Kota Demak, Jateng. Sultan I Demak, Raden Patah (Cek Bo Pu) yang berjuluk Pangeran Jim-Bu atau gagah berani.

Pengaruh Cina juga dirasakan pada sosok Wali Songo. Nama Sunan Bonang diduga berasal dari serapan Bong Ting Na. Sunan Kalijaga atau Raden Syahid diperkirakan berasal dari sebutan Said atau 31, tanggal kelahiran ayahnya, Raden Arya Sidik. Bukti-bukti ini memang sangat lemah. Sebab, bisa jadi nama atau julukan berbau Cina tercipta dari pengaruh warga Cina lain di luar Cheng Ho.

Di sisi lain, upaya Cheng Ho menyebarkan Islam ternyata tidak berkibar. Cheng Ho mengembangkan mazhab Imam Hanafi yang dianggap rasionalistis. Sedangkan saat itu, Islam di tanah Jawa berkembang dalam mazhab Imam Syafii yang bisa membaur dengan budaya lokal.

Meski begitu, fakta membuktikan Cheng Ho membawa dampak yang besar bagi kehidupan warga Kota Semarang. Khususnya warga keturunan Tionghoa. Berkat kehadiran sang Laksamana Agung warga keturunan Cina terus berkembang dan ikut membangun peradaban baru di Kota Semarang. Memadukan tradisi Negeri Tiongkok dari leluhur dengan kebudayaan yang telah ada.

Pengaruh Cheng Ho di Semarang berkembang terutama karena setelah sehat, Ong King Hong bermukim di Semarang dan menikah dengan gadis pribumi. Laksamana meninggalkan gua dan melanjutkan perjalanan ke negara lain.

Ong King Hong dan prajurit yang bertahan mencoba terus mengharumkan nama Cheng Ho. Gua Simongan dipelihara dan menjadi lokasi warga keturunan Cina untuk menghormati dan mengenang sosok Laksamana Agung. Lokasi ini berkembang menjadi Kelenteng Sam Poo Kong yang juga gelar Cheng Ho dalam pemerintahan Dinasti Ming.

Waktu berlalu. Komunitas keturunan Cina di Semarang makin berkembang. Warga yang umumnya beragama Kong Hu Cu atau paham Tao, Ong King Hong membangun Kelenteng Thay Kak Sie. Saat ini, umat Kong Hu Chu yang menggunakan kelenteng yang berada di pusat Kota Semarang. Padahal, Ong King Hong adalah muslim yang taat seperti juga tokoh panutannya, Cheng Ho.

Warga keturunan Cina tetap melestarikan budaya leluhur. Termasuk dalam berbagai kegiatan agama dan budaya. Dongeng kerajaan Cina dalam wayang potehi masih menjadi pertunjukan yang menyedot perhatian. Bisa jadi ini adalah tradisi yang diturunkan Ong Ping Kong yang diteruskan titisan darahnya.

Warga keturunan Cina masih mempertahankan budaya. Berbaur dengan warga pribumi, mereka menggelar berbagai perhelatan. Di hari biasa mereka berniaga tanpa sekat.

Di Kelenteng Sam Poo Kong, sekitar enam abad lampau, Cheng Ho, Ong Ping Kong, dan para awak bukan sekadar singgah. Mereka membawa angin baru yang memberi pengaruh kehidupan di wilayah ini.

Ekspedisi Cheng Ho berujung di Mombasa, Tanzania, Afrika. Dalam perjalanan selama 28 tahun, Cheng Ho juga menebarkan ajaran hakiki Islam yaitu perdamaian. Banyak peristiwa berdarah di negara-negara yang menjadi persinggahan, namun Cheng Ho berhasil mendinginkan suasana. Bahkan berkat misi perdamaian, Cheng Ho mampu meredakan ketegangan dan memberi tataran hidup yang lebih beradab.

Laksamana Cheng Ho bukan dari golongan darah biru. Catatan emas dalam pelayaran tidak mengantarkan dia ke tempat yang lebih terhormat. Sejarah mencatat, nama Cheng Ho tenggelam bersama keredupan Kaisar Chu Ti. Nama Laksamana Cheng Ho baru diagungkan ratusan tahun setelah pelayaran dahsyatnya berlalu.(TNA/Tim Potret SCTV)

Anak Cerdas dan Unggul


Jika pada zaman dahulu mewariskan harta yang tak habis selama tujuh turunan dapat membuat orang tua merasa tenang akan masa depan anaknya, maka dewasa ini hal itu telah digantikan pendidikan.
Harta suatu ketika bisa habis, tapi pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan tidak akan pernah hilang. Oleh karena itu, banyak orang tua rela berkurban apa saja, asalkan anaknya memperoleh pendidikan yang baik. Dan kalau bisa, sejak sangat dini.

Bicara soal pendidikan anak sebenarnya tidak cukup sebatas menempa kemampuan kognitif, penumpukan pengetahuan, atau sekedar meningkatkan potensi intelegensi atau Intelligence Quotient (IQ). Sosialisasi dan pembentukan Emotional Intelligence (EI) menjadi hal lain yang harus diemban oleh sistem pendidikan. Akan halnya dengan penanaman nilai-nilai yang disertai dengan pemahaman budi pekerti sehingga tujuan utama pengajaran dan pendidikan hingga seorang manusia yang dewasa dan mandiri bisa dicapai.

Dengan demikian dalam belajar seorang anak bukan hanya menghafal, mengingat, dan mengerti teori tapi diharapkan juga mampu mengaplikasikan semua itu dalam kehidupan nyata. Dalam istilah UNESCO belajar itu adalah to know, to do, to be, dan to live together.

Paradigma pendidikan

Antarina SF Amir, Managing Director High/Scope Indonesia mengatakan bahwa semua bentuk pendidikan, baik itu formal maupun informal harus dipersiapkan untuk mendidik seorang individu dalam membuat pilihan dan keputusan – terbak dan terburuk – yang didasarkan atas pengetahuan yang didapat di sekolah, masyarakat, keluarga, teman, atau dari literatur-literatur. Sehingga dengan demikian kedewasaan dan kemandirian seorang individu bisa terwujud.

Lebih jauh ia menerangkan bahwa ada dua paradigma besar yang ada di dalam dunia pendidikan, pertama adalah paradigma behavioristik – yang melihat bahwa proses belajar adalah seperti tingkah laku, jadi harus dilakukan berulang-ulang sampai manusia itu mampu, dan paradigma konstruktivis yang mengatakan bahwa seseorang bisa membangun pengetahuannya sendiri dan bukan dibentuk oleh orang lain.

“Kalau sistem dulu, kita belajar itu gurunya berdiri dan menerangkan, terus diberi latihan. Kalau bisa ikuti apa kata guru berarti kamu berbakat. Hasil dari teori ini academic achievement-nya tinggi, test score-nya tinggi, tapi dia jadi professional yang skilled worker. Kemudian orang mulai beranjak, orang sudah mulai berubah bahwa belajar itu menyangkut investigasi dan bertanya. Jadi anak berbakat menurut teori pembelajaran ini (kontruktivis) adalah kreatif dan produktif. Dan hasil akhirnya menjadi penemu, desainer kreatif dalam bidang science, art dan teknologi, menjadi pemimpin yang inovatif, dan menjadi entrepreneur,” terang Antarina.

Paradigma konstruktivis inilah yang kemudian membuka wacana baru tentang cara belajar yang demokratis di mana antara guru dan murid bisa saling terjadi proses belajar dan mengajar. Guru bukan satu-satunya pemegang otoritas pengetahuan di kelas, anak bisa diberi kemandirian untuk belajar dengan memanfaatkan beragam sumber belajar yang memadai, diberi pengetahuan dan motivasi.

Demokratisasi pembelajaran, yang beberapa waktu lalu dipromosikan melalui pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), telah membawa tantangan baru bagi profesi guru. Menurut Komisi Internasional tentang Pendidikan di Abad ke-21 UNESCO (Delors, 1996) aneka perubahan besar dalam ilmu dan teknologi dewasa berimplikasi pada penyiapan tenaga guru. Di abad ini sumber-sumber informasi telah berkembang pesat di luar sekolah dengan cara yang begitu menarik dan ketika memasuki sekolah siswa sudah memiliki kekayaan informasi itu. Pesan-pesan media yang dikemas dalam bentuk hiburan, iklan, atau berita sungguh menarik para siswa dan ini bertolak belakang dengan pesan-pesan yang dikemas para guru dalam pembelajaran di kelas.

Akibatnya, para guru di abad informasi ini memiliki tugas berat untuk merangsang kembali minat siswa terhadap pesan-pesan pembelajaran yang dilakukan di kelas dengan membuat peristiwa pembelajaran di kelas semenarik kemasan pembelajaran yang dijumpai di luar kelas. (Kompas, 9 Desember 2004)

Tahap pendidikan

Mengingat demikian pentingnya pendidikan, maka perlu kiranya untuk mengetahui tahap-tahap apa saja yang harus dilalui oleh seorang anak dalam pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.

“Sekolah yang ideal, waktu TK seorang anak harus dikuatkan kemampuan sosial dan emosional. Boleh diajari baca dan tulis tapi dengan menari atau menyanyi. Di sini juga dipersiapkan kemampuan sosial emosionalnya seperti kepercayaan diri, independensi, inisiatif, bagaimana bersosialisasi dengan orang lain, dan bagaimana mengekspresikan pendapat,” tandas Antarina.

Tahap berikutnya – yaitu pada saat anak duduk di sekolah dasar- mereka akan menerima materi pendidikan yang lebih terstruktur yaitu tentang kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Demikian pula saat masuk ke sekolah menengah (SMP dan SMU), seorang anak perlu diasah kemampuan analisisnya.

“Sampai di perguruan tinggi kita fokus kepada konsep pengambilan keputusan. Keputusan di sini dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita S1, S2, dan S3, itu background ilmu yang akan memengaruhi kita saat mengambil keputusan. Misalnya untuk yang di ekonomi akan berpikir tentang cost dan benefit, supply dan demand. Seorang psikolog mengambil keputusan karena dia melihat dan mempelajari terlebih dahulu tingkah laku seseorang, atau seorang civil engineer yang melihat struktur bangunan,” terang Antarina.

Pada akhirnya, harus diakui bahwa pendidikan memiliki begitu banyak unsure yang saling memengaruhi. Sebut saja kurikulum, proses pembelajaran, sarana dan prasarana, serta hal lainnya. Akan tetapi yang pasti bimbingan orangtua memegang peran sangat penting, termasuk dalam memberikan les atau kursus tambahan pada mereka.

“Kalau materi dari pendidikan ada what dan how. What adalah kurikulum dan how adalah metode. Tapi faktor yang mampu membuat how ini bisa berjalan ada beberapa, antara lain bagaimana membuat suasana antara sekolah dengan rumah itu sejalan, kurikulum, learning method, lingkungan sekolah, faktor dari si anak seperti gizi dan lingkungan. Anak juga jangan terlampau diberi banyak kursus karena mereka butuh waktu untuk dirinya sendiri. Pilih satu atau dua hal yang merupakan power untuk diberi pendalaman itu tidak apa-apa. Tapi jangan ambil semua waktu, karena belajar bukan hanya di dalam kelas, tapi di mana saja, dan kapan saja. Belajar yang paling baik adalah kalau datang dari diri sendiri,” ujar Antarina


Sumber: Harian Kompas

Friday, February 23, 2007

Ahmadinejad Tantang Bush Debat di Televisi


Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad menantang Presiden Amerika Serikat George W. Bush debat di televisi yang disiarkan secara langsung. Agenda yang dibahas tentang problem-problem yang membekap dunia dan pemecahan masalah atas konflik yang sedang terjadi.

"Saya menyarankan kami berbicara dengan Tuan Bush, Presiden Amerika Serikat, debat di televisi yang disiarkan langsung," kata Ahmadinejad, Selasa di Teheran. "Kami bakal suarakan pandangan kami dan mereka juga. Tapi, debat tidak boleh disensor, semua untuk publik Amerika".

Kedua negara saat ini tengah berselisih soal program nuklir Iran. Washington dan sekutunya lewat Dewan Keamanan PBB mendesak Teheran menghentikan pengayaan uranium. Justru Iran menjawabnya dengan membangun reaktor nuklir air berat. Bush menyebut Iran sebagai poros setan.

AFP|SS KURNIAWAN